Kamis, 01 Agustus 2013

Sejarah Fitopatologi




I. Sejarah Fitopatologi Internasional
1.1. Definisi Fitopatologi
Fitopatologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan akibat serangan patogen ataupun gangguan ketersediaan hara. Fitopatologi berasal dari gabungan kata bahasa Yunani yaitu phyton berarti tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berarti ilmu atau pengetahuan. Secara biologis tumbuhan dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara normal, yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan gizi yang diperlukan dan lain-lain. Selain itu, tanaman sakit juga tidak dapat menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi yang normal dan lain-lain (Agrios, 2005).
1.2. Perkembangan  Fitopatologi
Ø  Masa Pembentukan (Whetzell, 1918; Semangun, 1996).
Keterangan tertulis yang tertua mengenai penyakit tumbuhan terdapat dalam Injil Perjanjian Lama (: Kitab Kejadian-4.000 SM; I Raja-Raja; Ulangan; II Tawarikh; Amos, dan Hajai-500 SM). Penyakit embun tepung (mildew) dan penyakit blas yang menimbulkan kerugian besar pada pertanaman gandum di Mesir dan Israel dianggap sebagai hukuman Tuhan. Selain percaya bahwa penyakit tersebut merupakan murka para dewa, juga diyakini bahwa penyakit tumbuhan disebabkan oleh tanah dan cuaca yang jelek. Cleidemus (Yunani,350 SM) menulis adanya penyakit pada tanaman ara (Ficus carica), zaitun (Olea europae), dan anggur. Ariestoteles (Yunani, 325 SM) menulis tentang penyakit-penyakit pada anggur dan penyakit karat pada gandum. Theophrastus - “Bapak Ilmu Tumbuhan” (Yunani, 300 SM) menulis tentang berbagai macam penyakit (penyakit gosong, karat, busuk, dan kudis).
Keadaan yang kurang stabil di Eropa selama Zaman Pertengahan mengakibatkan terhambatnya kemajuan fitopatologi. Sampai lebih kurang 2.000 tahun setelah Theophrastus, pengetahuan mengenai penyakit tumbuhan hanya berkembang sedikit. Plinius (Romawi, 23-79 M) menguraikan tentang penyakit tumbuhan yang masih bersumber pada pendapat Theophrastus. Sedangkan di Timur tengah pada masa tersebut ilmu pengetahuan mulai berkembang. Ibn Sina (Avicennia) - bangsa Persia dan Ibn al Awam (abad ke-10) - bangsa Arab, menguraikan berbagai gejala penyakit tanaman, bahkan membuat anjuran cara pemberantasannya.
Dengan berjalannya waktu, mulai terdapat kondisi yang kondusif bagi perkembangan berbagi bidang keilmuan yang sangat mendukung perkembangan fitopatologi. Misal dengan dibuatnya alat-alat optik pada abad ke-17. De Tournefort (1705-bangsa Perancis) mulai membagi kelas-kelas penyebab penyakit tumbuhan. Micheli (1729-bangsa Italia) menguraikan penelitian terhadap Aspergillus, Botrytis, Mucor, dan Agaricaceae. Bahkan mensinyalir bahwa spora dapat melayang diudara. Tahun 1753, Carl von Linne (Carolus Linnaeus-bangsa Swedia) menerbitkan buku Species Plantarum yang memberikan pengaruh besar pada perkembangan ilmu jamur (mikologi) dan fitopatologi. Fontana dan Targioni Tozzetti, (1766-di Italia) secara terpisah melakukan penelitian dan menyimpulkan hal yang serupa bahwa penyakit karat disebabkan oleh parasit mikroskopis. Sedangkan Zallinger (1773-bangsa Austria) mengatakan dalam bukunya De Morbis Plantarum bahwa jamur bukan penyebab penyakit namun merupakan hasil dari tumbuhan sakit.
Mulai tahun 1800 mikologi mulai berkembang pesat. Persoon (1801-bangsa Afrika Selatan,bekerja di Perancis) mendapat gelar “bapak Mikologi” karena menulis buku Synopsis methodica fungorum yang merupakan dasar utama klasifikasi jamur dan merupakan titik tolak bagi nomenklatur Uredinales, Ustilaginales, dan Gasteromycetes. Kemudian Fries (1821-1832; bangsa Swedia menerbitkan Systema Mycologicum yang menguraikan asemua macam jamur yang dikenal waktu itu, namun masih diyakin bahwa jamur karat dan penyakit gosong adalah hasil tanaman sakit. Sedangkan Prévost (1807-1817, bangsa Swiss) berpendapat bahwa penyebab penyakit gosong adalan sejenis tumbuhan yang termasuk dalam marga Uredo atau marga lain yang mempunyai hubungan sangat dekat dengannya. Dan hal ini didasarkan pada bukti eksperimental yang cukup.
Ø    Zaman Modern (Whetzell, 1918; Semangun, 1996).
Menjelang tahun 1850 pengetahuan tentang jamur makin berkembang. Tahun 1853, Anton de Bary menulis Untersuchungen uber die Brandpilze yang menjelaskan bahwa jamur karat dan penyakit gosong adalah penyebab bukan akibat dari penyakit. Tahun 1858 Julius Kühn menulis Die Krankheiten der Kulturgewächse, yang merupakan buku ilmu penyakit tumbuhan pertama yang didasarkan atas peran jamur sebagai penyebab penyakit tumbuhan, sehingga beliau mendapat gelar “Bapak Fitopatologi Modern”. Pada tahun-tahun berikutnya fitopatologi mencatat kemajuan-kemajuan pesat.
Tahun 1874, Paul Sorauer (bangsa Jerman) menulis Handbuch der Pflanzenkrankhiten, yaitu mengenai predisposisi pada penyakit tumbuhan. Brefeld (1875-1883, bangsa Jerman), mengembangkan cara-cara pemeliharaan jamur di atas media buatan. Millarded (1882-1885, bangsa Perancis) menganjurkan pemakaian campuran terusi dan kapur tohor (Bubur Bordeaux) sebagai pemberantas penyakit tumbuhan. Burrill (1878-1884, bangsa Amerika Serikat) dan Wakker (1882, bangsa Belanda) pertama kali memberi informasi bahwa bakteri juga dapat menyebabkan penyakit tumbuhan. Beijerinck (1898, banga Belanda) menyatakan bahwa penyakit mosaik tembakau tidak disebabkan oleh jasad renik atau sesuatu yang korpuskuler, tetapi oleh suatucontagium vivum fluidum” yang kemudian dinamakan virus.
Pada abad ke-20 kemajuan fitopatologi semakin pesat, seiring dengan perkembangan kebutuhan pangan dan transportasi manusia. Era baru dimulainya sejarah fitopatologi ditandai dengan beberapa kejadian yang memberi sumbangan besar pada perkembangan fitopatologi di Amerika dan dunia pada umumnya yakni :
Keberadaan organisasi pertama Plant Pathology di beberapa universitas di Amerika, penemuan penyebab penyakit Crown Gall dan dimulainya investigasi oleh Smith yang meniru investigasi sel kanker pada manusia, Pembentukan American Phytopathological Society berikut jurnal Phytopathology, adanya perundang-undangan Karantina Amerika, perkembangan seleksi dan pemuliaan tanaman tahan penyakit.
Perkembangan fitopatologi lebih ke deskripsi patogen penyebab, teknik identifikasi, yang perkembangannya mengikuti penemuan alat-alat deteksi dan identifikasi, antara lain penemuan mikroskop elektron (awal 1931), perkembangan alat deteksi secara serologi (1960an) dan molekuler (1980an).
Perkembangan pesat fitopatologi tidak lepas dari tokoh yang berpengaruh serta perkembangan organisasi keilmuwan di bidang penyakit tanaman. Secara rinci tokoh yang berpengaruh dijamannnya, serta Perkembangan organisasi fitopatologi dan publikasi di beberapa negara disajikan pada Lampiran 1.  Sejarah keilmuwan fitopatologi hingga kini dapat ditelusuri bahwa pada awalnya berinduk pada ilmu tentang tumbuhan (Botany, yang kemudian banyak bidang keilmuan lain yang turut mempengaruhi perkembangan fitopatologi (Bagan induk keilmuwan ada pada Lampiran 2).

II. Sejarah Fitopatologi di Indonesia
Di Indonesia, kegiatan penelitian penyakit tumbuhan telah berlangsung sejak era penjajahan Belanda (Hindia Belanda). Penelitian banyak ditujukan pada penyakit tanaman perkebunan yang diusahakan oleh Belanda, antara lain tebutembakaukaretkopikakao dan lain-lain.  Peneliti dalam bidang ilmu ini kebanyakan adalah orang-orang Belanda alumni Institut Pertanian Hindia Belanda Insinyur Wageningen (Hadiwasito dkk, 2001), yang berada di bawah beberapa lembaga penelitian tanaman , sehingga saat awal kemerdekaan terjadi kekurangan tenaga peneliti. Salah satu ahli ilmu penyakit tumbuhan dari Indonesia pada awal kemerdekaan adalah Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya, seorang Guru Besar pada Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor yang sekarang menjadi Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya, jumlah ahli ilmu penyakit tumbuhan makin bertambah banyak, dan pada tanggal 3 - 5 Agustus 1970 mengadakan pertemuan di Perkebunan Teh Pagilaran (milik UGM), dan membentuk organisasi profesi bernama Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI). Organisasi ini mewadahi para ahli ilmu penyakit tumbuhan di Indonesia. Pada tahun 1972, PFI  menyelenggarakan Simposium Fitopatologi Asia Tenggara, yang disponsori oleh SEAMEO (South East Asian Ministry of Education Organization) yang berpusat di Bogor,  dan kemudian menjadi anggota International Plant Pathology Society. Tokoh keilmuwan yang dianggap sebagai peletak dasar perkembangan fitopatologi di Indonesia  adalah Prof. Thoyib Hadiwijaya, Prof Haryono Semangun, Prof, Sutrisno Hadi, dan Prof Mien A.Rifa’i. Hingga kini Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI) telah menyelenggarakan kongres nasional dan seminar nasional per dua tahunan sebanyak 21 kali.  Kongres dan seminar terakhir dilaksanakan di Solo pada tanggal 3 – 8 Desember 2011.  Pada kongres dan seminar tersebut berkumpul ahli-ahli penyakit tanaman seluruh Indonesia serta beberapa stakeholder terkait sehingga desiminasi ilmu dibidang fitopatologi lebih cepat mencapai sasaran.  Ketua PFI dari tahun berdiri hingga sekarang telah dipilih sesuai AD/ART Organisasi setiap lima tahun sekali. Ketua PFI terakhir dijabat oleh seorang Bakteriologist dari Universitas Jendral Sudirman yaitu  Dr. Hadi Wiyono.  Secara rinci daftar tokoh dan jurnal fitopatologi ada pada Lampiran 3.

III. Sejarah Keilmuwan dan Perkembangan Jurnal Fitopatologi di Indonesia
3.1. Sejarah Keilmuan Fitopatologi dan Spesialisasi di IPB
            Sejarah keilmuwan tidak lepas dari peranan perguruan tinggi dan lembaga penelitian.  Institut Pertanian Bogor merupakan universitas pertanian pertama di Indonesia yang dulu bernama Universitas Pertanian Indonesia Bogor yang sudah ada sejak jaman Hindia Belanda. Pada awal pendiriannya, banyak kendala yang dihadapi, hingga akhirnya berdasarkan kesepakatan anggota Dewan Rakyat (Voolksraad) menyetujui berdirinya sebuah Fakultas Pertanian, dan pada 28 Agustus 1940 disetujui secara aklamasi pembentukan Universitas Indonesia Fakultas Pertanian (sebagai cikal bakal IPB sekarang). Pada tahun 1970, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan (IHPT), Fakultas Pertanian mulai mengasuh program pendidikan Sarjana (S1) dengan bidang keahlian hama dan penyakit tanaman. Tahun 1976 dibuka program pasca sarjana yakni Program Studi Entomologi-Fitopatologi (ENT-FIT), yang merupakan program studi pascasarjana ke delapan di IPB, dan kemudian program S3 baru dibuka pada tahun 1978.
Sejarah spesialisasi keilmuwan Fitopatologi didasarkan pada penyebab penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh jasad hidup (biotik).  Spesialisasi di Fitopatologi dibagi menjadi beberapa cabang ilmu yakni Mikologi (Ilmu yang mempelajari cendawan penyebab penyakit tanaman), Bakteriologi (Ilmu yang mempelajari bakteri dan fitoplasma penyebab penyakit),  Virologi (Ilmu yang mempelajari virus dan viroid penyebab penyakit tanaman), dan  Nematologi (Ilmu yang mempelajari nematoda penyebab penyakit tanaman berikut nematoda sebagai entomofagus/ fitofagus).
3.2.  Sejarah Keilmuan Fitopatologi dan Spesialisasi di UGM
Perguruan Tinggi yang juga mempunyai andil besar terhadap perkembangan fitopatologi adalah Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta. UGM resmi didirikan pada tanggal 19 Desember 1949. Jurusan Perlindungan Tanaman [PERLINTAN] Fakultas Pertanian UGM terdiri dari dua jurusan, yaitu Jurusan Ilmu Hama Tumbuhan dan Jurusan Ilmu Penyakit Tumbuhan. Pada saat itu Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan memiliki dua program studi, yaitu Program Studi Ilmu Hama Tumbuhan dan Ilmu Penyakit Tumbuhan. Berdasarkan kebutuhan kompetensi lulusan maka pada tahun 2000, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan diubah menjadi Jurusan Perlindungan Tanaman. Dicapainya akreditasi A secara nasional, membuktikan bahwa Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Jurusan Perlindungan Tanaman merupakan lembaga pendidikan tinggi unggulan di bidangnya. Program pasca sarjana  Fitopatologi untuk program S2 dimulai tahun 1980, sedangkan S3 pada tahun 1997.  Spesialisasi keilmuwan fitopatologi didasarkan kepada jenis patogen penyebab yakni, Mikologi, Bakteriologi, dan Virologi.  Adapun bidang keilmuan Nematologi masuk ke  Program Entomologi.

3.3. Perkembangan Jurnal Fitopatologi di Indonesia
Perkembangan jurnal ilmiah bidang fitopatologi sangat membantu dalam desiminasi hasil penelitian atau ulasan yang telah dibuat oleh Fitopatologist. Hingga tahun 2011 belum banyak jurnal yang khusus di bidang Fitopatologi.  Tercatat ada beberapa jurnal yang masih terbit hingga sekarang (Lampiran 3).
Perkembangan fitopatologi juga ditunjang oleh penerbitan jurnal pertanian   oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian antara lain Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian (Univ. Bengkulu), Agrotropika (Univ Lampung), Eugenia (Univ. Sam Ratulangi Manado), Buletin Penelitian seri Hayati (Univ. Hasanuddin Makassar), Agritek (Institut Pertanian malang), AGRIN (Univ. Jend. Sudirman), Agritrop (Univ. Udayana), Buletin Agronomi (IPB), Jurnal Mikrobiologi Indonesia (Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia), Indonesian Journal of Biotechnology (UGM), dan Jurnal Hortikultura (PUSLITBANG Hortikultura).

PENUTUP
Perkembangan ilmu Fitopatologi dipandang dari sudut sejarah, tokoh utama sesuai jamannya, serta temuan-temuan yang dihasilkan tokoh dapat ditelusuri bahwa ilmu ini berinduk dari Ilmu Tumbuhan (Botany). Pada awalnya ilmu Botany yang paling banyak berpengaruh adalah tentang Fisiologi Tanaman, karena yang berhubungan langsung dengan tanaman sakit.  Ilmu lain yang juga ikut menyumbang perkembangan Fitopatologi adalah ilmu tentang iklim dan cuaca (Klimatologi), ilmu bercocok tanam (Agronomy), dan Mikrobiologi. Peranan pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian dalam perkembangan fitopatologi sangat besar. Peranan ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana yang tersedia (meliputi peralatan laboratorium, gedung, dan sarana penelitian lainnya), publikasi ilmiah, serta SDM yang ada.
Pustaka:
Agrios G.N.  2005.  Plant Pathology (fifth edition).  Amsterdam: Elsevier Pub. 948 hal.

Ainsworth G.C.  1981.  Introduction to the History of Plant pathology.  Cambridge :            Cambridge Univ.Pr. 312 hal.

Anonim.  2005.  Sejarah Program Studi Entomologi-Fitopatologi Institut Pertanian Bogor. Diunduh dari htpp://www.ipb.ac.id.[02 Desember 2011].

Anonim. 2011. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Diunduh dari   htpp://www.id.wikipedia.org. [ 2 Desember 2011].

Anonim. 2011. Profil Profesor Haryono Semangun.  Diunduh dari   htpp://www.gmup.ugm.ac.id. [2 Desember 2011].

Hadiwasito W, Sosromarsono S, dan Manuwoto S.  2001.  Sejarah Pembentukan Lembaga         Pendidikan Tinggi Pertanian.  Bogor: IPB Press. 130 hal.

Semangun H.  1996.  Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.  Yogyakarta : GAMA Univ. Press.     754 hal.

Cook R.J.  2008.  The 100-year History of American Phytopathological Society.   Diunduh           dari htpp://www.apsnet.org/publication/apsfeatures. [02 Desember 2011].

Whetzel H.H.  1918.  An Outline : History of Phytopathology. Philladelphia :           W.B.Sounders Company. 138 hal.




Lampiran 1. tokoh yang berpengaruh dijamannnya (Whetzell, 1918; Semangun, 1996), serta Perkembangan organisasi fitopatologi dan publikasi di beberapa negara.

Tokoh Fitopatologi Dunia :

Nama Tokoh
Spesialisasi dan Kedudukan
Jaman Pra Sejarah
1. Cleidemus (350 SM)


2. Ariestoteles (325 SM)


3. Theoprastus (300 SM)

Yunani, First Plant Pathologist, menulis adanya penyakit pada tanaman ara (Ficus carica), zaitun (Olea europae), dan anggur.
Yunani, menulis tentang penyakit-penyakit pada anggur dan penyakit karat pada gandum.

Yunani, Botanist Filosof (Bapak Ilmu Tumbuhan) melaporkan tentang berbagai macam penyakit pada tanaman serealia (penyakit gosong, karat, busuk, dan kudis).
Jaman Pertengahan (Kegelapan)
4. Ibn Sina (10M)


5.Ibn-Al Awam (10M)


6. Plinius Secundus
(23 – 79M)

7.Columella


Persia,  menguraikan berbagai gejala penyakit tanaman, bahkan membuat anjuran cara pemberantasannya.

Arab, Agricultural Encyclopedist, sudah membuat komentar tentang gejala penyakit dan pengendaliannya.

Romawi, Plant Pathologist Filosof, menguraikan tentang penyakit tumbuhan yang masih bersumber pada pendapat Theophrastus
Romawi, Journalist, yang menuliskan tentang temuan Pillinus
Jaman Pra Modern :
8.Joseph Pitton de Tournefort (1705),

9.Christian Sigismund Eysfarth
10.Johann Christian Fabricius


11. Johann Baptista Zallinger (1773)

Perancis, Botanist, membagi penyakit menjadi dua faktor penyebab yakni internal dan eksternal, serta mulai membagi kelas-kelas penyebab penyakit tumbuhan.
Germanian Botanist, Doktorat di Univ. Leipzig, yang mengemukakan tentang fisiologi tanaman sakit.
Germanian Fist Pathogenetics, yang namanya tetap diingat karena meletakkan dasar konsep fitopatologi secara benar dan diakui hingga periode jauh setelah jamannnya.
Austria, diitetapkan sebagai nama pada jaman itu (Periode Zalingerian), karena telah mengorganisir penyakit tanaman berdasarkan gejala, dan penyakit disebabkan oleh gangguan fisiologi tanaman serta pengaruh lingkungan. Zallinger mengatakan dalam bukunya De Morbis Plantarum bahwa jamur bukan penyebab penyakit namun merupakan hasil dari tumbuhan sakit.
Jaman Modern :
12. Robert Hartig
13. Julius Gotthelf Kuhn

14.Heinrich Anton de Bary

Jerman, Father of forest pathology.
Jerman, Plant Pathologist Univ. Bonn  Father of modern phytopathology
Jerman, Founder of Modern Micology
Jaman Sekarang :
13. F. Lamson Scribner
14. Thomas Jonathan Burrill

15. Erwin F. Smith

16. M. Stepanovitch  Woronin
17. Daniel McAlpine
18. G. de Csik Madejalva I.
19. Edouard Ernest Prillieux

20. Luigi Salvatore Savastano



21. Paul sorauer
23. George F. Atkinson
24. L.R.Jones

Amerika, Mikologist at USDA
Amerika, Discover of bacterio-phytopatogenesis at Chichago and North Western University
Amerika, Bapak Bakteriologis, Dean of American Plant Pathologist
Rusia, Phytopathologist
Australia, Phytopathologist (DOA Victoria)
Hongaria, Phytopathologist
Perancis, Kepala Laboratorium Penyakit Sayuran di Paris, yang banyak menerbitkan buku tentang fitopatologi (Bapak Fitopatologi Perancis)
Italia, plantpathologist yang banyak menulis buku esei tentang fitopatologi kuno jaman Yunani, Romawi dan Arab
Jerman, Predispositionist
Amerika, Botanist and plant pathologist
Amerika, Mikologist, mempelajari etiologi cendawan Phythopthora infestans

Organisasi Fitopatologi dan Publikasi Ilmiah Internasional
No.
Nama
Negara
Publikasi
1.
International Society for Plant Pathology (ISPP)
Presiden :
Professor M. Lodovica Gullino
Dipartimento di Valorizzazione e Protezione, delle Risorse agroforestali - Patologia Vegetale, Università degli Studi di Torino, Via Leonardo da Vinci 44, 10095 GRUGLIASCO (TO), Italy

ISPP Journal
2.
American Phytopathology Society
USA
Plant Disease
Phytopathology
MPMI
3.
British Society Plant Pathology
Inggris
BSPP Journal
4.
Australian Plant Pathology Society
Australian
Australian Journal of Plant Pathology
5.
Canadian Plant Pathology Society
Kanada
Canadian Journal of Plant Pathology
6.
Southern Africa Society for Plant Pathology
Afrika

7.
Belanda

Gewasbescherming

8.
Phytopathological Society of Japan
Jepang

Japanese Journal of Phytopathology

9.
Eropa
Eropa

European Journal of Plant Pathology

10.

Chinese Society for Plant Pathology

China

 





Lampiran 3. Tokoh-Tokoh Keilmuan dan Jurnal Fitopatologi di Indonesia

Tokoh Fitopatologi di Indonesia :
No.
Nama Tokoh
Spesialisasi dan Kedudukan
1.
Prof. Thoyib Hadiwijaya
Fitopathologist, Peneliti Indonesia Jaman Hindia Belanda
2.
Prof. Haryono Semangun
Bakteriologist UGM, Pendiri PFI
3.
Prof. Sutrisno Hadi
Ahli Penyakit Kehutanan, Pendiri PFI
4.
Prof. Mien Achmad Rifai
Mikologist LIPI, Pendiri PFI

Nama Jurnal
Terbit
Indonesian Journal of Phytopathology (UGM)
1989
Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia/ Indonesian Journal of Plant Protection (untuk 2 organisasi profesi PEI dan PFI)
1996
Jurnal Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika (UNILA)
2007






1 komentar:

Sejarah Fitopatologi

I. Sejarah Fitopatologi Internasional 1.1. Definisi Fitopatologi Fitopatologi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelaj...