I. Sejarah
Fitopatologi Internasional
1.1. Definisi
Fitopatologi
Fitopatologi
adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari penyakit tumbuhan akibat serangan patogen ataupun gangguan ketersediaan hara.
Fitopatologi berasal dari gabungan kata bahasa Yunani yaitu phyton berarti
tumbuhan; pathos berarti sakit atau menderita; logos berarti ilmu
atau pengetahuan. Secara biologis tumbuhan
dikatakan sakit bila tidak mampu melakukan kegiatan fisiologis secara normal,
yang meliputi respirasi, fotosintesis, penyerapan gizi yang
diperlukan dan lain-lain. Selain itu, tanaman sakit juga tidak dapat
menunjukkan kapasitas genetiknya, seperti berdaya hasil tinggi, morfologi yang
normal dan lain-lain (Agrios, 2005).
1.2. Perkembangan Fitopatologi
Ø
Masa Pembentukan (Whetzell, 1918; Semangun, 1996).
Keterangan
tertulis yang tertua mengenai penyakit tumbuhan terdapat dalam Injil Perjanjian
Lama (: Kitab Kejadian-4.000 SM; I Raja-Raja; Ulangan; II Tawarikh; Amos, dan
Hajai-500 SM). Penyakit embun tepung (mildew)
dan penyakit blas yang menimbulkan kerugian besar pada pertanaman gandum di
Mesir dan Israel dianggap sebagai hukuman Tuhan. Selain percaya bahwa penyakit
tersebut merupakan murka para dewa, juga diyakini bahwa penyakit tumbuhan
disebabkan oleh tanah dan cuaca yang jelek. Cleidemus (Yunani,350 SM) menulis
adanya penyakit pada tanaman ara (Ficus
carica), zaitun (Olea europae),
dan anggur. Ariestoteles (Yunani, 325 SM) menulis tentang penyakit-penyakit
pada anggur dan penyakit karat pada gandum. Theophrastus - “Bapak Ilmu
Tumbuhan” (Yunani, 300 SM) menulis tentang berbagai macam penyakit (penyakit
gosong, karat, busuk, dan kudis).
Keadaan
yang kurang stabil di Eropa selama Zaman Pertengahan mengakibatkan terhambatnya
kemajuan fitopatologi. Sampai lebih kurang 2.000 tahun setelah Theophrastus,
pengetahuan mengenai penyakit tumbuhan hanya berkembang sedikit. Plinius
(Romawi, 23-79 M) menguraikan tentang penyakit tumbuhan yang masih bersumber
pada pendapat Theophrastus. Sedangkan di Timur tengah pada masa tersebut ilmu
pengetahuan mulai berkembang. Ibn Sina (Avicennia) - bangsa Persia dan Ibn al
Awam (abad ke-10) - bangsa Arab, menguraikan berbagai gejala penyakit tanaman,
bahkan membuat anjuran cara pemberantasannya.
Dengan
berjalannya waktu, mulai terdapat kondisi yang kondusif bagi perkembangan
berbagi bidang keilmuan yang sangat mendukung perkembangan fitopatologi. Misal
dengan dibuatnya alat-alat optik pada abad ke-17. De Tournefort (1705-bangsa
Perancis) mulai membagi kelas-kelas penyebab penyakit tumbuhan. Micheli
(1729-bangsa Italia) menguraikan penelitian terhadap Aspergillus, Botrytis,
Mucor, dan Agaricaceae. Bahkan mensinyalir bahwa spora dapat melayang diudara. Tahun
1753, Carl von Linne (Carolus Linnaeus-bangsa Swedia) menerbitkan buku Species Plantarum yang memberikan
pengaruh besar pada perkembangan ilmu jamur (mikologi) dan fitopatologi. Fontana
dan Targioni Tozzetti, (1766-di Italia) secara terpisah melakukan penelitian
dan menyimpulkan hal yang serupa bahwa penyakit karat disebabkan oleh parasit
mikroskopis. Sedangkan Zallinger (1773-bangsa Austria) mengatakan dalam bukunya
De Morbis Plantarum bahwa jamur bukan
penyebab penyakit namun merupakan hasil dari tumbuhan sakit.
Mulai
tahun 1800 mikologi mulai berkembang pesat. Persoon (1801-bangsa Afrika
Selatan,bekerja di Perancis) mendapat gelar “bapak Mikologi” karena menulis
buku Synopsis methodica fungorum yang
merupakan dasar utama klasifikasi jamur dan merupakan titik tolak bagi
nomenklatur Uredinales, Ustilaginales, dan Gasteromycetes. Kemudian Fries
(1821-1832; bangsa Swedia menerbitkan Systema
Mycologicum yang menguraikan asemua macam jamur yang dikenal waktu itu,
namun masih diyakin bahwa jamur karat dan penyakit gosong adalah hasil tanaman
sakit. Sedangkan Prévost (1807-1817, bangsa Swiss) berpendapat bahwa penyebab
penyakit gosong adalan sejenis tumbuhan yang termasuk dalam marga Uredo atau
marga lain yang mempunyai hubungan sangat dekat dengannya. Dan hal ini
didasarkan pada bukti eksperimental yang cukup.
Ø
Zaman Modern (Whetzell, 1918; Semangun, 1996).
Menjelang
tahun 1850 pengetahuan tentang jamur makin berkembang. Tahun 1853, Anton de Bary
menulis Untersuchungen uber die
Brandpilze yang menjelaskan bahwa jamur karat dan penyakit gosong adalah
penyebab bukan akibat dari penyakit. Tahun 1858 Julius Kühn menulis Die Krankheiten der Kulturgewächse, yang
merupakan buku ilmu penyakit tumbuhan pertama yang didasarkan atas peran jamur
sebagai penyebab penyakit tumbuhan, sehingga beliau mendapat gelar “Bapak Fitopatologi
Modern”. Pada tahun-tahun berikutnya fitopatologi mencatat kemajuan-kemajuan
pesat.
Tahun
1874, Paul Sorauer (bangsa Jerman) menulis Handbuch
der Pflanzenkrankhiten, yaitu mengenai predisposisi pada penyakit tumbuhan.
Brefeld (1875-1883, bangsa Jerman), mengembangkan cara-cara pemeliharaan jamur
di atas media buatan. Millarded (1882-1885, bangsa Perancis) menganjurkan
pemakaian campuran terusi dan kapur tohor (Bubur Bordeaux) sebagai pemberantas
penyakit tumbuhan. Burrill (1878-1884, bangsa Amerika Serikat) dan Wakker
(1882, bangsa Belanda) pertama kali memberi informasi bahwa bakteri juga dapat
menyebabkan penyakit tumbuhan. Beijerinck (1898, banga Belanda) menyatakan
bahwa penyakit mosaik tembakau tidak disebabkan oleh jasad renik atau sesuatu
yang korpuskuler, tetapi oleh suatu “contagium
vivum fluidum” yang kemudian dinamakan virus.
Pada
abad ke-20 kemajuan fitopatologi semakin pesat, seiring dengan perkembangan
kebutuhan pangan dan transportasi manusia. Era baru dimulainya sejarah
fitopatologi ditandai dengan beberapa kejadian yang memberi sumbangan besar
pada perkembangan fitopatologi di Amerika dan dunia pada umumnya yakni :
Keberadaan
organisasi pertama Plant Pathology di beberapa universitas di Amerika, penemuan
penyebab penyakit Crown Gall dan dimulainya investigasi oleh Smith yang meniru
investigasi sel kanker pada manusia, Pembentukan American Phytopathological
Society berikut jurnal Phytopathology, adanya perundang-undangan Karantina
Amerika, perkembangan seleksi dan pemuliaan tanaman tahan penyakit.
Perkembangan
fitopatologi lebih ke deskripsi patogen penyebab, teknik identifikasi, yang
perkembangannya mengikuti penemuan alat-alat deteksi dan identifikasi, antara
lain penemuan mikroskop elektron (awal 1931), perkembangan alat deteksi secara
serologi (1960an) dan molekuler (1980an).
Perkembangan
pesat fitopatologi tidak lepas dari tokoh yang berpengaruh serta perkembangan
organisasi keilmuwan di bidang penyakit tanaman. Secara rinci tokoh yang
berpengaruh dijamannnya, serta Perkembangan organisasi fitopatologi dan
publikasi di beberapa negara disajikan pada Lampiran 1. Sejarah keilmuwan fitopatologi hingga kini
dapat ditelusuri bahwa pada awalnya berinduk pada ilmu tentang tumbuhan
(Botany, yang kemudian banyak bidang keilmuan lain yang turut mempengaruhi
perkembangan fitopatologi (Bagan induk keilmuwan ada pada Lampiran 2).
II. Sejarah Fitopatologi di Indonesia
Di
Indonesia, kegiatan penelitian penyakit tumbuhan telah berlangsung sejak era penjajahan Belanda (Hindia Belanda). Penelitian
banyak ditujukan pada penyakit tanaman perkebunan yang diusahakan oleh Belanda,
antara lain tebu, tembakau, karet, kopi, kakao dan lain-lain. Peneliti dalam bidang ilmu ini kebanyakan
adalah orang-orang Belanda alumni Institut Pertanian Hindia Belanda Insinyur Wageningen (Hadiwasito
dkk, 2001), yang berada di bawah beberapa lembaga penelitian tanaman , sehingga
saat awal kemerdekaan terjadi kekurangan tenaga peneliti. Salah satu ahli ilmu
penyakit tumbuhan dari Indonesia pada awal kemerdekaan adalah Prof. Dr. Ir.
Toyib Hadiwijaya, seorang Guru Besar pada Fakultas Pertanian Universitas Indonesia di Bogor yang sekarang menjadi Institut Pertanian Bogor. Selanjutnya, jumlah ahli ilmu
penyakit tumbuhan makin bertambah banyak, dan pada tanggal 3 - 5 Agustus 1970 mengadakan pertemuan di
Perkebunan Teh Pagilaran (milik UGM), dan membentuk organisasi profesi
bernama Perhimpunan Fitopatologi Indonesia (PFI). Organisasi
ini mewadahi para ahli ilmu penyakit tumbuhan di Indonesia. Pada
tahun 1972, PFI
menyelenggarakan Simposium Fitopatologi Asia Tenggara,
yang disponsori oleh SEAMEO (South East Asian Ministry of Education
Organization) yang berpusat di Bogor, dan kemudian menjadi anggota International Plant
Pathology Society. Tokoh keilmuwan yang dianggap sebagai peletak
dasar perkembangan fitopatologi di Indonesia adalah Prof. Thoyib Hadiwijaya, Prof Haryono
Semangun, Prof, Sutrisno Hadi, dan Prof Mien A.Rifa’i. Hingga kini Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia (PFI) telah menyelenggarakan kongres nasional dan seminar nasional
per dua tahunan sebanyak 21 kali. Kongres
dan seminar terakhir dilaksanakan di Solo pada tanggal 3 – 8 Desember
2011. Pada kongres dan seminar tersebut
berkumpul ahli-ahli penyakit tanaman seluruh Indonesia serta beberapa
stakeholder terkait sehingga desiminasi ilmu dibidang fitopatologi lebih cepat
mencapai sasaran. Ketua PFI dari tahun
berdiri hingga sekarang telah dipilih sesuai AD/ART Organisasi setiap lima
tahun sekali. Ketua PFI terakhir dijabat oleh seorang Bakteriologist dari
Universitas Jendral Sudirman yaitu Dr.
Hadi Wiyono. Secara rinci daftar tokoh
dan jurnal fitopatologi ada pada Lampiran 3.
III. Sejarah Keilmuwan dan
Perkembangan Jurnal Fitopatologi di Indonesia
3.1. Sejarah
Keilmuan Fitopatologi dan Spesialisasi di IPB
Sejarah keilmuwan tidak lepas dari
peranan perguruan tinggi dan lembaga penelitian. Institut Pertanian Bogor merupakan
universitas pertanian pertama di Indonesia yang dulu bernama Universitas
Pertanian Indonesia Bogor yang sudah ada sejak jaman Hindia Belanda. Pada awal
pendiriannya, banyak kendala yang dihadapi, hingga akhirnya berdasarkan
kesepakatan anggota Dewan Rakyat (Voolksraad) menyetujui berdirinya sebuah
Fakultas Pertanian, dan pada 28 Agustus 1940 disetujui secara aklamasi
pembentukan Universitas Indonesia Fakultas Pertanian (sebagai cikal bakal IPB
sekarang). Pada tahun 1970, Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan (IHPT),
Fakultas Pertanian mulai mengasuh program pendidikan Sarjana (S1) dengan bidang
keahlian hama dan penyakit tanaman. Tahun 1976 dibuka program pasca
sarjana yakni Program Studi Entomologi-Fitopatologi (ENT-FIT), yang merupakan
program studi pascasarjana ke delapan di IPB, dan kemudian program S3 baru
dibuka pada tahun 1978.
Sejarah
spesialisasi keilmuwan Fitopatologi didasarkan pada penyebab penyakit tumbuhan
yang disebabkan oleh jasad hidup (biotik).
Spesialisasi di Fitopatologi dibagi menjadi beberapa cabang ilmu yakni Mikologi
(Ilmu yang mempelajari cendawan penyebab penyakit tanaman), Bakteriologi (Ilmu
yang mempelajari bakteri dan fitoplasma penyebab penyakit), Virologi (Ilmu yang mempelajari virus dan
viroid penyebab penyakit tanaman), dan Nematologi (Ilmu yang mempelajari nematoda
penyebab penyakit tanaman berikut nematoda sebagai entomofagus/ fitofagus).
3.2. Sejarah Keilmuan Fitopatologi dan
Spesialisasi di UGM
Perguruan
Tinggi yang juga mempunyai andil besar terhadap perkembangan fitopatologi
adalah Universitas Gajah Mada (UGM) di Yogyakarta. UGM resmi didirikan pada
tanggal 19 Desember 1949. Jurusan Perlindungan Tanaman [PERLINTAN] Fakultas
Pertanian UGM terdiri dari dua jurusan, yaitu Jurusan Ilmu Hama Tumbuhan dan
Jurusan Ilmu Penyakit Tumbuhan. Pada saat itu Jurusan Hama dan Penyakit
Tumbuhan memiliki dua program studi, yaitu Program Studi Ilmu Hama Tumbuhan dan
Ilmu Penyakit Tumbuhan. Berdasarkan kebutuhan kompetensi lulusan maka pada
tahun 2000, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan diubah menjadi Jurusan
Perlindungan Tanaman. Dicapainya akreditasi A secara nasional, membuktikan
bahwa Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan
Jurusan Perlindungan Tanaman merupakan lembaga pendidikan tinggi unggulan di
bidangnya. Program pasca sarjana
Fitopatologi untuk program S2 dimulai tahun 1980, sedangkan S3 pada
tahun 1997. Spesialisasi keilmuwan
fitopatologi didasarkan kepada jenis patogen penyebab yakni, Mikologi,
Bakteriologi, dan Virologi. Adapun
bidang keilmuan Nematologi masuk ke
Program Entomologi.
3.3. Perkembangan Jurnal Fitopatologi
di Indonesia
Perkembangan
jurnal ilmiah bidang fitopatologi sangat membantu dalam desiminasi hasil
penelitian atau ulasan yang telah dibuat oleh Fitopatologist. Hingga tahun 2011
belum banyak jurnal yang khusus di bidang Fitopatologi. Tercatat ada beberapa jurnal yang masih
terbit hingga sekarang (Lampiran 3).
Perkembangan
fitopatologi juga ditunjang oleh penerbitan jurnal pertanian oleh perguruan tinggi dan lembaga penelitian
antara lain Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian (Univ. Bengkulu), Agrotropika (Univ
Lampung), Eugenia (Univ. Sam Ratulangi Manado), Buletin Penelitian seri Hayati
(Univ. Hasanuddin Makassar), Agritek (Institut Pertanian malang), AGRIN (Univ.
Jend. Sudirman), Agritrop (Univ. Udayana), Buletin Agronomi (IPB), Jurnal
Mikrobiologi Indonesia (Perhimpunan Mikrobiologi Indonesia), Indonesian Journal
of Biotechnology (UGM), dan Jurnal Hortikultura (PUSLITBANG Hortikultura).
PENUTUP
Perkembangan
ilmu Fitopatologi dipandang dari sudut sejarah, tokoh utama sesuai jamannya,
serta temuan-temuan yang dihasilkan tokoh dapat ditelusuri bahwa ilmu ini
berinduk dari Ilmu Tumbuhan (Botany). Pada awalnya ilmu Botany yang paling
banyak berpengaruh adalah tentang Fisiologi Tanaman, karena yang berhubungan
langsung dengan tanaman sakit. Ilmu lain
yang juga ikut menyumbang perkembangan Fitopatologi adalah ilmu tentang iklim
dan cuaca (Klimatologi), ilmu bercocok tanam (Agronomy), dan Mikrobiologi. Peranan
pemerintah, perguruan tinggi dan lembaga penelitian dalam perkembangan
fitopatologi sangat besar. Peranan ini dapat dilihat dari sarana dan prasarana
yang tersedia (meliputi peralatan laboratorium, gedung, dan sarana penelitian
lainnya), publikasi ilmiah, serta SDM yang ada.
Pustaka:
Agrios G.N.
2005. Plant Pathology (fifth
edition). Amsterdam : Elsevier Pub. 948 hal.
Ainsworth
G.C. 1981. Introduction to the History of Plant pathology. Cambridge : Cambridge
Univ.Pr. 312 hal.
Anonim. 2005.
Sejarah Program Studi Entomologi-Fitopatologi Institut Pertanian Bogor. Diunduh dari htpp://www.ipb.ac.id.[02
Desember 2011].
Anonim.
2011. Perhimpunan Fitopatologi Indonesia. Diunduh dari htpp://www.id.wikipedia.org. [ 2 Desember 2011].
Anonim.
2011. Profil Profesor Haryono Semangun.
Diunduh dari htpp://www.gmup.ugm.ac.id.
[2 Desember 2011].
Hadiwasito
W, Sosromarsono S, dan Manuwoto S.
2001. Sejarah Pembentukan Lembaga
Pendidikan Tinggi Pertanian. Bogor: IPB Press. 130 hal.
Semangun
H. 1996.
Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.
Yogyakarta : GAMA Univ. Press. 754
hal.
Cook
R.J. 2008. The 100-year History of American
Phytopathological Society. Diunduh dari htpp://www.apsnet.org/publication/apsfeatures.
[02 Desember 2011].
Whetzel
H.H. 1918. An Outline : History of Phytopathology.
Philladelphia : W.B.Sounders
Company. 138 hal.
Lampiran 1. tokoh yang berpengaruh
dijamannnya (Whetzell, 1918; Semangun, 1996), serta Perkembangan organisasi
fitopatologi dan publikasi di beberapa negara.
Tokoh Fitopatologi Dunia :
Nama
Tokoh
|
Spesialisasi
dan Kedudukan
|
Jaman Pra Sejarah
1.
Cleidemus (350 SM)
2.
Ariestoteles (325 SM)
3.
Theoprastus (300 SM)
|
Yunani,
First Plant Pathologist, menulis adanya penyakit pada tanaman ara (Ficus carica), zaitun (Olea europae), dan anggur.
Yunani,
menulis tentang penyakit-penyakit pada anggur dan penyakit karat pada gandum.
Yunani,
Botanist Filosof (Bapak Ilmu Tumbuhan) melaporkan tentang berbagai macam
penyakit pada tanaman serealia (penyakit gosong, karat, busuk, dan kudis).
|
Jaman Pertengahan (Kegelapan)
4.
Ibn Sina (10M)
5.Ibn-Al
Awam (10M)
6.
Plinius Secundus
(23
– 79M)
7.Columella
|
Persia, menguraikan berbagai gejala penyakit
tanaman, bahkan membuat anjuran cara pemberantasannya.
Arab,
Agricultural Encyclopedist, sudah membuat komentar tentang gejala penyakit
dan pengendaliannya.
Romawi,
Plant Pathologist Filosof, menguraikan tentang penyakit tumbuhan yang masih
bersumber pada pendapat Theophrastus
Romawi,
Journalist, yang menuliskan tentang temuan Pillinus
|
Jaman Pra Modern :
8.Joseph Pitton de Tournefort (1705),
9.Christian Sigismund Eysfarth
10.Johann
Christian Fabricius
11. Johann
Baptista Zallinger
(1773)
|
Perancis,
Botanist, membagi penyakit menjadi dua faktor penyebab yakni internal dan
eksternal, serta mulai membagi kelas-kelas penyebab penyakit tumbuhan.
Germanian
Botanist, Doktorat di Univ. Leipzig, yang mengemukakan tentang fisiologi
tanaman sakit.
Germanian
Fist Pathogenetics, yang namanya tetap diingat karena meletakkan dasar konsep
fitopatologi secara benar dan diakui hingga periode jauh setelah jamannnya.
Austria,
diitetapkan sebagai nama pada jaman itu (Periode Zalingerian), karena telah mengorganisir
penyakit tanaman berdasarkan gejala, dan penyakit disebabkan oleh gangguan
fisiologi tanaman serta pengaruh lingkungan. Zallinger mengatakan dalam
bukunya De Morbis Plantarum bahwa
jamur bukan penyebab penyakit namun merupakan hasil dari tumbuhan sakit.
|
Jaman Modern :
12. Robert Hartig
13.
Julius Gotthelf Kuhn
14.Heinrich
Anton de Bary
|
Jerman,
Father of forest pathology.
Jerman,
Plant Pathologist Univ. Bonn Father
of modern phytopathology
Jerman,
Founder of Modern Micology
|
Jaman Sekarang :
13.
F. Lamson Scribner
14.
Thomas Jonathan Burrill
15.
Erwin F. Smith
16.
M. Stepanovitch Woronin
17.
Daniel McAlpine
18.
G. de Csik Madejalva I.
19.
Edouard Ernest Prillieux
20.
Luigi Salvatore Savastano
21.
Paul sorauer
23.
George F. Atkinson
24.
L.R.Jones
|
Amerika,
Mikologist at USDA
Amerika,
Discover of bacterio-phytopatogenesis at Chichago and North Western
University
Amerika,
Bapak Bakteriologis, Dean of American Plant Pathologist
Rusia,
Phytopathologist
Australia,
Phytopathologist (DOA Victoria)
Hongaria,
Phytopathologist
Perancis,
Kepala Laboratorium Penyakit Sayuran di Paris, yang banyak menerbitkan buku
tentang fitopatologi (Bapak Fitopatologi Perancis)
Italia,
plantpathologist yang banyak menulis buku esei tentang fitopatologi kuno
jaman Yunani, Romawi dan Arab
Jerman,
Predispositionist
Amerika,
Botanist and plant pathologist
Amerika,
Mikologist, mempelajari etiologi cendawan Phythopthora
infestans
|
Organisasi
Fitopatologi dan Publikasi Ilmiah Internasional
No.
|
Nama
|
Negara
|
Publikasi
|
1.
|
International
Society for Plant Pathology (ISPP)
|
Presiden
:
Professor M. Lodovica Gullino
Dipartimento di Valorizzazione e
Protezione, delle Risorse agroforestali - Patologia Vegetale, Università
degli Studi di Torino, Via Leonardo da Vinci 44, 10095 GRUGLIASCO (TO), Italy
|
ISPP
Journal
|
2.
|
American
Phytopathology Society
|
USA
|
Plant
Disease
Phytopathology
MPMI
|
3.
|
British
Society Plant Pathology
|
Inggris
|
BSPP
Journal
|
4.
|
Australian
Plant Pathology Society
|
Australian
|
Australian
Journal of Plant Pathology
|
5.
|
Canadian
Plant Pathology Society
|
Kanada
|
Canadian
Journal of Plant Pathology
|
6.
|
Southern
Africa Society for Plant Pathology
|
Afrika
|
|
7.
|
Belanda
|
Gewasbescherming
|
|
8.
|
Phytopathological Society of Japan
|
Jepang
|
Japanese Journal of
Phytopathology
|
9.
|
Eropa
|
Eropa
|
European Journal of Plant
Pathology
|
10.
|
Chinese Society for Plant
Pathology
|
China
|
Lampiran 3.
Tokoh-Tokoh Keilmuan dan Jurnal Fitopatologi di Indonesia
Tokoh Fitopatologi
di Indonesia :
No.
|
Nama Tokoh
|
Spesialisasi dan Kedudukan
|
1.
|
Prof.
Thoyib Hadiwijaya
|
Fitopathologist,
Peneliti Indonesia Jaman Hindia Belanda
|
2.
|
Prof.
Haryono Semangun
|
Bakteriologist
UGM, Pendiri PFI
|
3.
|
Prof.
Sutrisno Hadi
|
Ahli
Penyakit Kehutanan, Pendiri PFI
|
4.
|
Prof.
Mien Achmad Rifai
|
Mikologist
LIPI, Pendiri PFI
|
Nama Jurnal
|
Terbit
|
Indonesian
Journal of Phytopathology (UGM)
|
1989
|
Jurnal
Perlindungan Tanaman Indonesia/ Indonesian Journal of Plant Protection (untuk
2 organisasi profesi PEI dan PFI)
|
1996
|
Jurnal
Hama dan Penyakit Tumbuhan Tropika (UNILA)
|
2007
|
terimakasih, artikel yang sangat membantu '_'b
BalasHapus